Cari Dalam Alkitab

Ketik kata atau ayat:
 
Alkitab   Bahan

Monday, October 12, 2009

Jiwa Yang Dibesarkan Untuk Mengasihi Allah



Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Galatia 5:24-25 

Memikul Salib Berarti Menyesuaikan Diri Kepada Keinginan Allah


A.   "Jiwa Besar" Dibentuk melalui Kehancuran. 
            Daud adalah seorang tokoh yang sangat dikenal dalam Alkitab.  Ia hidup dalam pengejaran raja Saul selama bertahun-tahun.  Ia tidak langsung mememerintah sebagai raja meskipun sudah diurapi oleh Samuel.  Ia juga mengalami berbagai persoalan dalam kerajaannya dan pernah jauh dalam dosa perjinahan.  Dalam berbagai mazmur yang ditulisnya dapat dengan mudah kita tahu bagaimana kehidupan Daud dibentuk oleh berbagai pergumulan.  Ia begitu membanggakan Allah yang senantiasa membelanya dalam berbagai perkara yang dia hadapi, meskipun ia tidak layak untuk itu.  Yang lebih mengherankan lagi, ternyata Allah begitu mengasihi Daud dan membanggakannya kepada orang-orang lain.  Alkitab berkata: "Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mata-Ku dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku seperti yang telah dilakukan oleh hamba-Ku Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadamu."[1]  Daud menulis: Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.[2]
            Jiwa yang hancur memudahkan Allah untuk berkarya.  Kesombongan adalah benteng yang sangat kuat yang dibangun atas keinginan dosa.  Jika kesombongan dihancurkan maka jiwa mengalami kehancuran dalam merindukan pertolongan Allah.  Tetapi kesombongan yang dipertahankan menjadi kehancuran yang terus menerus.[3]
            Persoalan, penyakit, kekurangan, kesukaran, penderitaan, dapat digunakan Allah menjadi alat pembentukan hidup seseorang.  "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami."[4]  Bahkan ujian atau pencobaan sekalipun dipakai Allah untuk tujuan pembentukan hidup kita: "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."[5]
B.   "Jiwa Besar" Dibangun Melalui Pikiran Sorgawi
            Manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh.[6]  Jiwa manusia terdiri dari pikiran, perasaan, dan keinginan.[7]  Pikiran yang belum dibentuk cenderung dalam kejahatan.[8]  Tetapi pikiran yang dibaharui cenderung bernilai positif: Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.[9]  Kita harus menyerahkan pikiran kita untuk dilatih dalam memikirkan perkara-perkara yang rohani (yang di atas).  Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.[10]  Caranya adalah mengalihkan atau menggantikan pola, cara-cara, dan kecenderungan pikiran lama kita ke arah pikiran-pikiran Kristus: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"[11] atau memikirkan apa yang pernah di alami Kristus selama di atas bumi:  "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian,"[12]

C.   "Jiwa Besar" Dibangun Melalui Hati Yang Mengasihi
            Hati menjadi pusat segala pikiran dan keinginan.  Yesus berkata, "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.[13]  Oleh sebab itu, hati kita perlu disucikan oleh Allah.  Penyucian hati dikerjakan oleh Roh Kudus melalui kelahiran baru atas penerimaan pembasuhan darah Kristus: Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.[14]  Saudara perlu menerima karya Kristus yang mengubah hidup Saudara dengan iman supaya hati Saudara disucikan: Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.[15]
            Hati yang telah dibersihkan akan lebih mudah mengasihi Allah.  Petrus telah melewati tahap penyucian hati, sehingga ia menyatakan kasihnya kepada Kristus.  Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.[16]  Relakanlah hati Saudara, sebab Allah berfirman: Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah![17] dan biarkan kasih bertumbuh dengan pesat dalam hatimu.  Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.[18]  Hati yang dikuasai kasih Allah akan mendorong Saudara untuk mencari dan menemukan orang-orang yang miskin, yang hilang, yang buta, yang tertindas dan yang tertawan karena dosa.

D.   "Jiwa Besar" Dibangun Melalui Keinginan Yang Berpadu Dengan Keinginan Allah
            Hidup manusia dipenuhi dengan cita-cita dan keinginan-keinginan.  Cita-cita dan keinginan adalah karya Allah dalam diri manusia yang bertujuan untuk memuliakan-Nya.  Allah memperlengkapi manusia dengan kehendak bebas ketika Ia menciptakan manusia pertama.  Tetapi sayangnya, manusia tidak dapat mempertanggung jawabkan keinginannya di hadapan Allah, sebab keinginan itu dijadikan untuk memuaskan diri sendiri.  Karena orang fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN.[19]  Keinginan yang digunakan untuk memuaskan diri sendiri akan berakhir dalam kehancuran, seperti kata firman Tuhan  ...  keinginan orang fasik akan menuju kebinasaan.[20]  Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.[21]  Oleh sebab itu, Saudara perlu menyerahkan keingian Saudara kepada Allah:  Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.[22]  Sekarang Anda perlu sadar:  Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.[23]  Jangan terhanyut dengan apa yang anda lihat dalam dunia ini: Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.[24]  Keinginan Saudara perlu disesuaikan dengan keinginan Allah.  Dengan demikian Anda akan memperoleh hasil-hasil yang bernilai kekal:  supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.[25]
Kesimpulan:
            Ada 4 Prinsip Yang Perlu Saya Tahu Supaya Saya Memiliki Jiwa Yang Besar Dalam Allah:
  1. "Jiwa Yang Besar" Dibentuk Melalui    Kehancuran   .
  2. "Jiwa Yang Besar" Dibangun Melalui    Pikiran    Sorgawi
  3. "Jiwa Yang Besar" Dibangun Melalui    Hati    Yang Mengasihi
  4. "Jiwa Yang Besar" Dibangun Melalui    Keinginan Yang Berpadu    Dengan Keinginan Allah

Jawablah pertanyaan berikut ini sebagai ujian bagi Saudara, apakah Saudara sudah mahami Maksud Penyaliban Keinginan Dunia?

  1. Tuliskan dan ceritakan pengalaman kehancuran anda?



  1. Apakah yang sering saudara pikirkan selama ini?



  1. Ceritakan apa yang menghambat saudara pergi mencari dan menemukan orang lain untuk dibawa kepada Yesus?



  1. Tuliskan keinginan-keinginan anda sesudah melewati perjalanan hari ini

DI PELAYANAN:


DALAM PEKERJAAN/SEKOLAH:


DALAM BERUMAH TANGGA:



  1. Diskusikan dengan SG-12 Saudara, hal-hal apa yang anda persiapkan untuk dikerjakan supaya Kasih Besar menjadi berkat bagi masyarakat Kota Medan!



[1] 1 Raja 11:38.  bnd. 1 Raja 14:8
[2] Mazmur 51:17-18
[3] Amsal 16:18
[4] 2 Korintus 4:17
[5] Yakobus 1:3.  Lih. Roma 5:3-5
[6] 1 Tesalonika 5:23
[7] Filipi 2:5; Efesus 2:3 (kehendak = keinginan)
[8] Efesus 2:3
[9] Filipi 4:8
[10] Kolose 3:2
[11] Filipi 2:5
[12] 1 Petrus 4:1
[13] Matius 15:19
[14] Ibrani 9:13-14
[15] Kisah 15:8-9
[16] Yohanes 21:17
[17] Wahyu 3:19
[18] Markus 12:33
[19] Mazmur 10:3
[20] Mazmur 112:10
[21] Yakobus 1:15
[22] Titus 3:3
[23] 1 Petrus 4:3
[24] 1 Yohanes 2:16
[25] 1 Petrus 4:2

No comments:

Post a Comment