Cari Dalam Alkitab

Ketik kata atau ayat:
 
Alkitab   Bahan

Monday, October 12, 2009

Bukan Saya, Melainkan Allah Di Dalam Saya



"Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."
2 Korintus 3:18 



A.   Ketika Allah Di Dalam Diri Manusia Yang Pertama.
      Dari sejak awal, Allah telah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.  "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."[1]
Ini adalah Rencana, Keinginan, dan Cita-cita Allah sejak semula bagi manusia yang adalah makhluk kesayangan-Nya.  Manusia itu dibentuk-Nya menurut Gambar dan Rupa-Nya sendiri dan Allah membagi hidup-Nya dengan manusia itu dengan cara menghembuskan Nafas Kehidupan, yaitu Roh-Nya yang Kudus ke dalam diri manusia tersebut.

B.   Ketika Allah Meninggalkan Manusia.
      Kehidupan yang ada dalam diri manusia sebelum jatuh ke dalam dosa adalah Nafas Kehidupan yang dari Allah, yaitu Roh Kudus Allah.  Roh Allah meninggalkan manusia sejak jatuh ke dalam dosa karena melanggar Perintah Tuhan. 
      Manusia memilih untuk tidak taat kepada Allah.  Ketika Allah memberi perintah: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,  tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati",[2] manusia justru melanggar perintah tersebut.  Mereka memberontak kepada Allah dengan memakan buah pohon terlarang itu.  "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya."[3]  Demikianlah sampai sekarang ini, manusia "... lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah."[4]   Akibatnya, manusia kehilangan gambar Allah dalam dirinya: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,"[5]
      Alkitab menyatakan bahwa pelanggaran tersebut mengakibatkan kematian.  Kematian pada saat pelanggaran tersebut adalah kematian rohani manusia, sebab Roh Allah meninggalkannya.  Kematian jiwa-raganya akan menyusul dengan pasti, sebagaimana Allah menegaskan bahwa manusia itu berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.
      Kematian tersebut sangat mengerikan, sebab tanpa Roh Allah, manusia akan terpisah dengan Allah selama-lamanya.  Roh Kehidupan yaitu Roh Allah, telah meninggalkan manusia yang berdosa.
     

C.   Ketika Manusia Hidup Tanpa Allah.
      Manusia yang hidup tanpa Roh Kehidupan, sesungguhnya adalah kehidupan dalam kematian.  Kehidupan dalam kematian digambarkan oleh Alkitab sebagai kehidupan yang penuh dengan: Ketakutan, Kekuatiran, Rasa Malu Yang Sangat Dalam Dan Keangkuhan Hidup.
      Manusia dikuasai oleh dirinya sendiri, tanpa Allah.  Ia menyombongkan diri, sebab ia berpikir, berperasaan, dan berkehendak tanpa kuasa Allah di dalamnya.  Manusia menjadi buas dan tidak terkontrol tanpa Roh Allah.  Namun ditengah-tengah kehidupannya yang liar itu, ia dikuasai oleh ketakutan, kekuatiran, kelemahan, keputusasaan, kengerian, dan bayang-bayang kematian.  Tidak ada ketenangan, tidak ada kedamaian, tidak ada kebahagiaan yang pasti.  Semua keindahan yang dialaminya, hanyalah bayangan semu yang sifatnya sementara, tidak dapat bertahan lama.  Ia mencoba menciptakan bagi dirinya suatu kehidupan yang membayangi kehidupan sejati, tetapi tidak kunjung tiba.  Semua usahanya: mencari kesenangan, menumpuk kekayaan, menduduki jabatan-jabatan, mengelolah sebuah usaha, membagikan miliknya bahkan hidupnya sendiri kepada sahabat-sahabatnya dan orang-orang lain yang dia anggap sangat membutuhkan, tetapi ia terus merasakan sebuah kekosongan, kehampaan, dan ketidakpuasan dalam dirinya.  Sangat kasihan, kehidupan yang tanpa Roh Kehidupan.
      Dosa telah merusak segala sesuatu dalam diri manusia.  Dosa telah mengakibatkan ketakutan, kekuatiran, dan rasa malu yang amat dalam.  "Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.”[6]  Sejak itulah manusia menjadi sekutu Iblis dan seteru Allah.  Sebagai sekutu Iblis, manusia membangun benteng-benteng keangkuhan hidup untuk menyamai Allah.  Inilah cita-cita Iblis: "Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!"[7]  Inilah cita-cita manusia: ... "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."[8]  Sebagai seteru Allah, manusia dihalau dari hadapan Allah ... "Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden ... Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan,[9]” dan tidak bisa berhubungan kembali dengan Allah: "... tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”[10]  Manusia telah kehilangan gambar Allah, manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, manusia telah kehilangan   persekutuan dengan Allah, manusia telah kehilangan kehidupan yang sejati, manusia telah kehilangan Roh Kehidupan yang dari Allah, manusia telah ditinggalkan oleh Allah, sebuah kehidupan tanpa Roh Kehidupan.

D.   Ketika Allah Menyatakan Kasih-Nya
      Tetapi kasih Allah begitu besar.  Justru pada waktu kita masih berdosa dan seteru dengan Dia, Ia sendiri mendamaikan kita oleh darah Anak-Nya, Yesus Kristus.[11]  Tujuannya adalah supaya gambar-Nya kembali hidup di dalam kita.  "... maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”[12] 
      Meskipun demikian, Allah adalah Kasih adanya.  Kasih-Nya yang besar lebih besar dari pelanggaran manusia.  Pintu Kesempatan untuk mendapat kehidupan baru diberikan.  Hukum Dosa adalah Kematian.  Nyawa manusia harus diganti dengan tebusan dalam kematian.  Tebusan kematian dinyatakan melalui pencurahan darah.  Manusia harus mati akibat dosa dan darahnya harus ditumpahkan sebagai hukumannya, atau ada yang menggantikannya menurut persyaratan penebusan Allah Yang Mahakudus.
Allah mencurahkan darah binatang untuk pertama kalinya bagi penebusan rasa malu yang dialami oleh Adam dan Hawa.  Allah meminta Korban Penebusan Dosa bagi keturunannya selanjutnya melalui pencurahan darah anak domba yang tak bercacat.  Tetapi Allah tidak puas dengan korban pilihan manusia.  Manusia terus mengecewakan Allah, sebab yang melakukan upacara pengorbanan tebusan dosa, seringkali melakukan pelanggaran dan tidak dapat memenuhi maksud sempurna Allah.  Satu-satunya cara adalah Pengorbanan Tertinggi dan yang Terbesar di sepanjang sejarah penebusan dosa: Anak Tunggal Allah yang dikasihi-Nya menjadi persyaratan yang dapat memenuhi Penebusan Total dan sekali untuk selama-lamanya.
Dari sinilah Allah menetapkan Pintu satu-satunya bagi Rahmat Pengembalian Roh Kehidupan dalam diri manusia.  Alkitab berkata: ”16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.  17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”[13]  Kasih Besar Adalah Jalan Satu-Satunya Yang Disediakan Allah.  Kasih Besar Allah Adalah Pintu Kesempatan Bagi Kehidupan Baru. 

E.   Ketika Allah Mengembalikan Roh-Nya Di Dalam Saya
      Alkitab bersaksi: ”12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;  13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”[14]
Dan lagi: “13 Di dalam Dia kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.  14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”[15]
Lebih jelas lagi: “19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”[16]
      Kemuliaan dan gambar Allah menjadi nyata dalam diri orang percaya, bukan karena pengetahuan, melainkan karena buah.  "... dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka ...”[17]  Hidup orang Kristen seperti papan pengumuman atau surat selebaran.  "Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.  Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."[18]  Orang lain dapat melihat secara nyata gaya hidup yang ditampilkan akibat Roh Kehidupan yang kembali dalam diri manusia. Manusia yang sudah dipulihkan menjadi hidup kembali dalam kehidupan yang baru.  Kehidupan Baru yang dikuasai oleh Roh Kehidupan yang dari Allah tidak lagi dikuasai oleh ketakutan, kekuatiran, kelemahan, keputusasaan, kengerian, dan bayang-bayang kematian.  Ketenangan, Kedamaian, Kebahagiaan yang pasti dinikmatinya.  Sekarang, ia mengalami keindahan yang terus disempurnakan dan bertahan dalam segala situasi.  Ia tidak mencoba menciptakan bagi dirinya suatu kehidupan yang membayangi kehidupan sejati lagi, tetapi ia sedang hidup di dalamnya dan berpengalaman dari hari ke hari, waktu ke waktu.  Sekarang usahanya bukan lagi mencari kesenangan, menumpuk kekayaan, atau menduduki jabatan-jabatan, melainkan hidup dalam kesenangan, sebuah pandangan baru dari kekayaan yang tidak dimakan karat dan ngengat, sebuah usaha yang didorong oleh belaskasihan Allah, suatu cara baru dalam membagikan miliknya termasuk hidupnya sendiri kepada sahabat-sahabatnya bahkan kepada musuh-musuhnya sekalipun.  Semua ini dilakukannya, diteruskannya, dan diakhirnya suatu saat nanti bukan dalam kekosongan, kehampaan, dan ketidakpuasan dalam dirinya, melainkan dalam kelimpahan yang tiada hentinya, sebab seperti yang telah Tuhan Yesus janjikan: ”38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."  39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”[19]  Sungguh indah, mulia, dan bahagia kehidupan yang didiami oleh Roh Kehidupan.

F.    Pada Waktu Itu, Saya Tahu Bahwa Bukan Saya, Melainkan Allah Di Dalam Saya
      Kehadiran Allah menghancurkan keangkuhan hidup, penonjolan diri, dan keegoisan saya.  Pada waktu itu, saya tahu bahwa itu bukan usaha saya, melainkan penerimaan saya atas Cara Allah Untuk Mengembalikan Kehidupan Baru Di Dalam Saya.  Ini adalah tindakan IMAN SAYA.  Sesunggunya, selama saya menolak Jalan Kasih Besar, selama saya menolak jalan keselamatan melalui pengorbanan Yesus Kristus, selama saya merasa bahwa saya bisa mencapai kehidupan sejati dengan cara-cara saya selama ini, selama itu juga saya terus menolak kunjungan pemulihan Allah kepada saya, terus menolak jalan keluar yang ditawarkannya kepada saya, terus hidup dalam kematian dan menolak Roh Kehidupan.  Tetapi sekarang, saya tidak mempertahankan diri saya lagi, saya takluk kepada jalan Allah, saya menerima Tebusan-Nya oleh Darah Anak Domba Allah, yaitu kematian Yesus Kristus di atas Kayu Salib.  Sekarang pengakuan itu saya lakukan karena kekuatan Kasih Allah tidak bisa saya tahan lagi.  Saya mengaku saya salah selama ini, saya mengaku saya adalah orang yang lemah dan hidup di dalam kuasa dosa dan bayang-bayang maut, saya tidak bisa mencapai kehidupan baru tanpa pengampunan Allah melalui pembasuhan darah Kristus Yesus.  Karena itu, bukan saya lagi, melainkan kasih Allah kepada saya, bukan saya lagi, melainkan Allah di dalam saya.
      Sekarang, Jika Allah di dalam saya, di manakah saya sekarang?  Alkitab berkata: ”... kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.”[20]   Jika saya tersembunyi, mala Allahlah yang terlihat.  "Menyangkal Diri, Berarti Menyatakan Allah Di Dalam Saya.




[1] Kejadian 1:27
[2] Kejadian 2:16-17
[3] Kejadian 3:6
[4] Yohanes 12:43
[5] Roma 3:23
[6] Kejadian 3:8
[7] Yesaya 14:14
[8] Kejadian 11:4
[9] Kejadian 3:23-24
[10] Yesaya 59:2
[11] Roma 5:8-10
[12] 2 Korintus 3:18b
[13] Yohanes 3:16-17
[14] Yohanes 1:12-13
[15] Efesus 1:13-14
[16] 1 Korintus 6:19-20
[17] Matius 7:16-20
[18] 2 Korintus 3:2-3
[19] Yohanes 7:38-39
[20] Kolose 3:3

No comments:

Post a Comment